Mengenal European Super League

European Super League: Lagu Lama Musuh UEFA | Pandit Football Indonesia

Belakangan ini istilah ESL atau European Super League tengah ramai diperbincangkan oleh para pecinta sepakbola di seluruh dunia, khususnya di Eropa.

Hal itu bukan tanpa alasan, karena European Super League digadang-gadang sebagai pengganti kemewahan dari ajang Liga Champions.

Dengan mengusung formasi 64 tim, European Super League akan menggunakan sistem promosi-degradasi yang terdiri dari tiga divisi.

Lantas, seperti apakah sistem promosi dan degradasi? Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya lagi seputar seluk-beluk European Super League, yuk kita simak saja langsung ulasannya di bawah ini.

  1. Sisitem Promosi dan Degradasi

Sistem promosi dan degradasi mengharuskan empat tim terbaik pada setiap grup Star dan Gold League, serta masing-masing dua dari grup di Blue League akan lolos ke perempat final.

Jadi, totalnya ada 16 tim yang akan lolos ke babak selanjutnya. Tak berbeda jauh dengan fase grup, fase gugur juga akan diadakan dengan sistem kandang-tandang.

Adapun mengenai babak final yang akan digelar satu kali di stadion netral. Sementara itu, dua tim teratas dari Gold League akan dipromosikan.

Disisi lain, dua tim terbawah dari Gold League akan turun kasta ke Blue League karena digantikan oleh peserta finalis Blue League.

Sehingga akan ada 20 tim Blue League yang ter-eliminasi dan digantikan oleh tim-tim lain dari liga domestik.

  1. Baru Dua Tim Saja yang Setuju

Semenjak dibentuknya European Super League, baru dua tim saja yang setuju yaitu Real Madrid dan Barcelona.

Florentino Perez selaku Presiden Real Madrid memang memiliki peran penting dalam meng-kampanyekan European Super League, setelah sebelumnya menjabat sebagai ketua ESL.

 “Hari ini kami sekali lagi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan dorongan baru bagi sepak bola Eropa yang sangat dibutuhkan,” kata Perez.

“Dan untuk mencapai hal ini, kami akan terus mempertahankan proyek modern, sepenuhnya kompatibel dengan kompetisi nasional, terbuka untuk semua, berdasarkan prestasi olahraga dan yang secara efektif akan menerapkan penghormatan terhadap fair play finansial.”

“Sebuah proyek yang akan membawa keberlanjutan ekonomi bagi semua klub dan yang terpenting adalah melindungi para pemain dan menggairahkan para penggemar di seluruh dunia,” ungkap Florentino Perez.

  1. Kucuran Dana yang Cukup Besar

Sesuai dengan namanya, European Super League merupakan kompetisi besar di Eropa yang telah menjamin pendapatan dari pertandingan reguler melawan satu sama lain tanpa adanya risiko kegagalan.

Gagasan tersebut muncul di tahun 2009 silam lalu, yang mana ketika itu Florentino Perez memberikan kritikan pedas terhadap ajang Liga Champions.

Menurut informasi yang didapat, tim yang sudah mendaftar di awal akan menerima dana sebanyak 3,5 miliar euro atau setara Rp 61,1 triliun.

Kabarnya, dana tersebut akan digunakan untuk mendukung invetasinya sekaligus sebagai insentif dalam menanggulangi dampak pandemi.

  1. Mayoritas Menolak ESL

Beralih ke Britania Raya, pihak Manchester United menyatakan bahwa skuatnya masih memegang komitmen untuk bermain di ajang yang diselenggarakan oleh UEFA walaupun ada kebijakan lain dari pengadilan Uni Eropa.

Selain Manchester United, Bayern Muenchen juga menolak keras adanya kompetisi European Super League.

Menurut pihak Bayern Muenchen, adanya kompetisi European Super League dapat mengancam terhadap sepak bola domestik di Eropa.

Bahkan, masih ada lagi beberapa tim papan atas lainnya yang juga menolak kompetisi European Super League.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai ESL, sehingga bisa kamu jadikan sebagai bahan penambah wawasan.